Tahap Perkembangan Anak Usia Dini
Posted By Admin
Tuesday, 13/03/4:30 PM
Tuesday, 13/03/4:30 PM
Anak
usia dini merupakan generasi penerus bangsa yang perlu mendapatkan
perhatian serius. Sejak lahir, anak memiliki berbagai potensi yang
dikaruniakan Tuhan.
Potensi tersebut perlu dirangsang dan difasilitasi agar dapat berkembang dengan optimal. Banyak ahli menyatakan bahwa masa anak usia dini merupakan masa peka dan amat penting bagi perkembangan anak.
Stimulasi terhadap anak yang dilakukan oleh orangtua maupun orang lain
disekitar lingkungan anak akan membekas kuat dan tahan lama. Kesalahan
sedikit dalam memberikan stimulasi akan berdampak negatif jangka panjang
yang sulit diperbaiki. Roseau (Slamet Suyanto, 2003: 2-3) menggambarkan
bahwa: masa peka tersebut ibarat saat yang tepat bagi seorang tukang
besi untuk menempa besi yang dipanaskan. Para penempa pasti tahu benar
kapan besi harus ditempa. Terlalu awal ditempa, besi sulit dibentuk dan
dicetak. Sebaliknya apabila terlambat menempa maka besi akan hancur.
Jadi saat yang paling baik bagi seorang anak untuk memperoleh evaluasi pendidikan yang tepat adalah saat usia dini.

Senada
dengan hal tersebut, Santrock & Yussen (Solehuddin, 1997: 2)
memandang usia prasekolah atau balita sebagai fase yang sangat
fundamental bagi perkembangan individu. Lebih lanjut mereka menyatakan
bahwa masa usia balita sebagai masa terbentuknya kepribadian dasar
individu dan pada masa ini penuh dengan kejadian-kejadian penting dan
unik (a higly eventful and unique period of life) peletakkan dasar
kehidupan seseorang dimasa dewasa yntuk Menemukan Makna Hidup.
Pada masa usia dini, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun mental sangat pesat.
Sel-sel tubuh anak tumbuh dan berkembang dengan cepat. Pada tahap awal
perkembangan janin sampai anak lahir, terjadi perkembangan sel-sel otak
luar biasa. Kemudian setelah lahir terjadi proses mielinasi dari sel-sel
syaraf dan pembentukan hubungan antar sel syaraf. Makanan bergizi dan
seimbang serta stimulasi terhadap anak sangat diperlukan untuk mendukung
perkembangan otak anak. Oleh karena itu pada masa usia dini ini (0-6
tahun) sering disebut dengan masa emas atau golden age.
Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak pada tahap ini hendaknya dapat dilakukan pada aspek-aspek perkembangan anak,
baik perkembangan kognitif, perkembangan fisik atau motorik,
perkembangan sosial-emosional anak, perkembangan kemampuan berbahasa dan
perkembangan lainnya.
Hurlock
(1978: 26) menjelaskan bahwa pada anak usia prasekolah 2-5 tahun adalah
masa penting dari keseluruhan tahap perkembangan. Pada tahap ini
terjadi proses peletakan dasar struktur perilaku kompleks yang dibangun
sepanjang dalam Kehidupan anak. Dengan
perkembangan sel-sel syaraf anak yang pesat dan stimulasi yang tepat
akan menyebabkan berfungsinya mental anak untuk memahami dan mengerti
kondisi lingkungannya.
Hal inilah menyebabkan anak mampu mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial di sekelilingnya. Keluarga
sebagai lingkungan pertama bagi anak memegang peran penting dalam
meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini,
disamping peran lembaga pendidikan (Taman Kanak-kanak, Kelompok
bermain, Taman Penitipan Anak) dan lingkungan masyarakat. Hal ini
disebabkan, karena hampir 80% waktu dalam kehidupan sehari-hari anak
digunakan untuk bermain, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan
orang-orang dilingkungan keluarga, Bermain Adalah Dunia Belajar Anak.
Selain
itu juga, perlu disadari bahwa layanan lembaga PAUD belum dapat
menggantikan peran keluarga dalam pendidikan anak, tetapi hanyalah
berfungsi memperkuat layanan kebutuhan anak untuk dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Bahkan secara ekstrim dapat dikatakan jika
keluarga mampu mendidik dan menstimulasi tumbuh kembang anak secara
mandiri melalui kegiatan sehari-hari di rumah maupun lingkungan
kesehariannya, maka mengikutsertakan anak dalam satuan PAUD bukanlah
suatu keharusan.
Tetapi
harus diakui pula bahwa realitas di masyarakat hanya sedikit keluarga
mampu melakukan itu, untuk itulah masih tetap dibutuhkan keberadaan
satuan-satuan PAUD formal maupun non formal sampai waktunya semua
keluarga memiliki kemampuan tersebut, meski hal tersebut sangat tidak
mungkin juga.
Peran
orangtua dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini memang
memiliki peran penting dalam meningkatkan perkembangan potensi anak.
Akan tetapi, hal ini belum berjalan secara optimal. Hal ini disebabkan
berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut, antara lain: rendahnya
pengetahuan orang tua tentang pendidikan bagi anak usia dini, kurangnya
kemampuan orang tua dalam menstimulasi perkembangan anak dengan
berbagai strategi pengembangan potensi anak, masih
adanya sebagian masyarakat hanya menggandalkan pengetahuan yang bersifat
turun-temurun guna menstimulasi perkembangan anak, minimnya partisipasi
atau dukungan orang lain dalam keluarga dalam stimulasi perkembangan
anak karena alasan kesibukan pekerjaan dan aktivitas lain di luar rumah
dan lain sebagainya. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan peningkatan
kapasitas orang tua dalam menstimulasi tumbuh kembang anak usia dini
merupakan progam strategis guna membantu keluarga-keluarga di masyarakat
agar mampu mendampingi anak usia sesuai dengan karakteristik dan
perkembangannya.
Fase-fase Perkembangan Anak Usia Dini:
Menurut
para ahli, pada usia dini terjadi beberapa periode perkembangan. Pada
setiap tahap perkembangan, seorang anak secara umum akan memperlihatkan
ciri-ciri khusus atau karakteristik tertentu yang hampir sama. Menurut
Comenius (Kartini Kartono, 1986: 34) periode perkembangan seorang anak terdiri empat tahap.
Salah
satu tahap tersebut adalah tahap 0-6 tahun atau periode sekolah-ibu.
Periode 0-6 tahun disebut periode sekolah ibu, karena hampir semua usaha
bimbingan, perawatan, pemeliharaan, dan pendidikan anak berlangsung di
dalam keluarga yang dilakukan oleh ibu. Berikut akan diuraikan tentang fase-fase perkembangan anak usia dini.
a. Anak usia 0-2 tahun
Secara
umum pada masa bayi anak usia 0-2 tahun, anak mengalami perubahan yang
pesat bila dibandingkan dengan yang akan dialami pada fase-fase
berikutnya. Anak sudah memiliki kemampuan dan keterampilan dasar yang
berupa: keterampilan lokomotor (berguling, duduk, berdiri, merangkak dan
berjalan), keterampilan memegang benda, penginderaan (melihat, mencium,
mendengar dan merasakan sentuhan), maupun kemampuan untuk mereaksi
secara emosional dan sosial terhadap orang-orang sekelilingnya.
Segala
bentuk stimulus (verbal maupun nonverbal) dari orang lain akan mendorong
anak untuk belajar tentang pengalaman-pengalaman sensori dan ekspresi
perasaan meskipun anak belum mampu memahami kata-kata. Menurut Monks
(1992:74-75) menyatakan bahwa stimulasi verbal ternyata sangat penting
untuk perkembangan bahasa. Hal ini disebabkan kualitas dan kuantitas
vokalisasi seorang anak dapat bertambah dengan pemberian reinforsement
verbal. Stimulasi verbal yang terusmenerus juga akan memudahkan anak
untuk belajar melafalkan suara-suara dan Dapat disimpulkan bahwa anak
usia dini merupakan masa yang kritis dalam sejarah perkembangan manusia.
Masa anak usia dini ini terjadi pada anak usia 0-6 tahun atau sampai
anak mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan anak usia dini atau
prasekolah. Pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik dan psikis yang
sangat pesat. gerakan-gerakan yang mengkomunikasikan suasana emosinya,
seperti marah, cemas, tidak setuju dan lain-lain.
b. Anak usia 2-3 tahun
Pada
fase ini anak sudah memiliki kemampuan untuk berjalan dan berlari. Anak
juga mulai senang memanjat, meloncat, menaiki sesuatu dan lain
sebagainya.
Solehuddin
(1997: 38) berpendapat bahwa pada anak usia 2-3 tahun lazimnya sangat
aktif mengeksplorasi benda-benda di sekitarnya. Anak memiliki kekuatan
observasi yang tajam. Anak juga menyerap dan membuat perbendaharaan
bahasa baru, mulai belajar tentang jumlah, membedakan antara konsep satu
dengan banyak dan senang mendengarkan cerita-cerita sederhana, yang
kesemuanya diwujudkan anak dalam aktivitas bermain maupun komunikasi
dengan orang lain. Kemampuan anak menguasi beberapa patah kata juga
mulai berkembang. Anak mulai senang dengan perckapan walaupun dalam
bentuk dan kalimat yang sederhana. Selain itu juga, sikap egosentrik
anak sangat menonjol. Anak belum bisa memahami persoalan-persoalan yang
dihadapinya dari sudut pemikiran orang lain. Anak cenderung melakukan
sesuatu menurut kemauannya sendiri tanpa memperdulikan kemauan dan
kepentingan orang lain. Sebagai contoh, anak sering merebut mainan dari
orang lain jika anak menginginkannya.
c. Anak usia 3-4 tahun
Secara
umum, anak pada fase ini masih mengalami peningkatan dalam berperilaku
motorik, sosial, berfikir fantasi maupun kemampuan mengatasi frustasi.
Untuk kemampuan motorik, anak sudah menguasai semua jenis
gerakan-gerakan tangan, seperti memegang benda atau boneka. Akan tetapi
sifat egosentriknya masih melekat. Tingkat frustasi anak juga cenderung
menurun. Hal ini disebabkan adanya peningkatan kemampuan dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dialaminya secara lebih aktif atau sudah ada
sifat kemandirian anak. Pada usia ini anak memiliki kehidupan fantasi
yang kaya dan menuntut lebih banyak kemandirian. Dengan kehidupan
fantasi yang dimilikinya ini, anak akan memperlihatkan kesiapannya untuk
mendengarkan cerita-cerita secara lebih lama, bahkan anak juga sudah
dapat mengingatnya. Selanjutnya dengan sifat kemandirian yang
dimilikinya mulai membuat anak tidak mau banyak diatur dalam
kegiatankegiatannya. Pada aspek kognitif anak juga sudah mulai mengenal
konsep jumlah, warna, ukuran dan lain-lain.
d. Anak usia 4-6 tahun
Ciri
yang menonjol anak pada usia ini adalah anak mempunyai sifat
berpetualang (adventuroussness) yang kuat. Anak banyak memperhatikan,
membicarakan atau bertanya tentang apa sempat ia lihat atau didengarnya.
Minatnya yang kuat untuk mengobservasi lingkungan benda-benda di
sekitarnya membuat anak senang bepergian sendiri untuk mengadakan
eksplorasi terhadap lingkugan disekitarnya sendiri. Pada perkembangan
motorik, anak masih perlu aktif melakukan berbagai aktivitas. Sejalan
dengan perkembangan fisiknya, anak usia ini makin berminat terhadap
teman sebayanya. Anak sudah menunjukkan hubungan dan kemampuan
bekerjasama dengan teman lain terutama yang memiliki kesenangan dan
aktivitas yang sama. Kemampuan lain yang ditunjukkan anak adalah anak
sudah mampu memahami pembicaraan dan pandangan orang lain yang
disebabkan semakin meningkatnya keterampilan berkomunikasi.
Berdasarkan
tahap perkembangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak usia dini
merupakan masa yang kritis dalam sejarah perkembangan manusia. Masa anak
usia dini ini terjadi pada anak usia 0-6 tahun atau sampai anak
mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan anak usia dini atau
prasekolah. Pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik dan psikis yang
sangat pesat.
Artikel ini terkirim via form Antar Kopi oleh:
No comments:
Post a Comment